read more story

Menghadapi masa - masa saat diri ini merasa tidak berguna


Asaalamu'alaikum teman - teman. . 

Dipostingan kali ini aku mau cerita saat menghadapi masa - masa aku merasa tidak berguna, khususnya sebagai istri. Sebenarnya kondisi mental yang up and down itu wajar. Rasanya bukan sekali ini saja aku merasa seperti ini tapi bisa dibilang kali ini yang terparah.

Apa tandanya kok dibilang terparah? Aku kehilangan minat terhadap sesuatu yang aku sukai. Tidak bergairah untuk melakukan sesuatu, bermalas - malasan dan main hp sebagai bentuk pengalihan. 

Rasanya tentu tidak enak. Larut dengan prasangka sendiri itu sama seperti "menyiksa diri" dengan penilaian yang belum tentu benar.

Lalu gimana caranya supaya bisa melewati masa - masa itu? Cara yang aku lakukan adalah pengalaman pribadi yang bisa jadi berbeda dengan pengalaman kalian. 

Pertama, Kenali pemicu utamanya

Prinsip utama untuk menyelesaikan suatu masalah adalah kenali sumbernya. Saat merasa tidak berguna coba gali hal - hal apa saja yang menjadi pemicunya. Uraikan satu per satu sampai ketemu benang merahnya.

Pada kasusku perasaan ini mulai muncul di akhir tahun 2020. Setelah ditelusuri pemicunya adalah karena aku mau ulang tahun yang ke 31 dan seminggu kemudian anniversary pernikahan kami yang ke-5.

Hmm apa hubungannya ulang tahun sama masalah ini Nit?

Semakin mendekati hari lahir semakin cemas karena merasa berumur tapi belum jadi apa - apa. Gamblangnya adalah aku belum juga hamil, punya anak dan jadi ibu diumur 31 tahun dengan usia pernikahan 5 tahun.

Perasaan tidak berguna (sebagai istri) semakin kuat saat aku terlalu banyak melihat sosial media. Teman seumuran yang berbagi foto anaknya, kehamilan keduanya dan ada yang sudah memiliki 3 - 4 anak. 

Apakah mereka salah? Tentu saja tidak. Hanya saja saat itu aku yang kurang bijak melihat. Tanpa sadar aku menjadikan mereka sebagai kompetitor bukan inspirator. Aku merasa harus sama seperti mereka. Mereka aja udah hamil lagi masa aku satu anak aja belum punya sih. 

Aku tidak melihat lebih jauh apa yang ada dibaliknya. Barangkali dibalik foto menyenangkan yang aku lihat ada perjuangan untuk hamil lagi, perjuangan merawat bayi berbarengan dengan kehamilan keduanya dan perjuangan sulitnya mendidik 3-4 anak dengan karakter yang berbeda - beda. Seharusnya hal - hal itu bisa jadi inspirasi buatku (yang belum punya anak). 

Nyatanya berfikir jernih saat kondisi sedang tidak baik - baik saja memang nggak gampang. Tersebab itulah aku memutuskan puasa media sosial selama satu bulanan. Usaha inipun tidak sepenuhnya berjalan dengan baik karena tugasku sebagai volunteer organinasi tetap saja perlu membuka media sosial. Meski begitu cara ini cukup membantu untuk tidak memperburuk suasana hatiku saat itu.

Dealing with the problem

Setelah tau penyebab utamanya akan lebih mudah dilewati. Setidaknya kita menjadi paham pemicunya dan langkah apa yang bisa dilakukan selanjutnya. Tidak semua masalah akan terselesaikan saat itu juga tapi kita bisa paham bagaimana caranya berdamai dengan kondisi yang tidak diingini.

Saat aku tau kalau aku insecure karena belum hamil dan jadi ibu tidak serta merta masalahku selesai dan aku langsung hamil gitu aja tapi aku bisa memilih untuk merubah sudut pandang supaya perasaanku berangsur membaik. 

Soal penciptaan manusia memang ketetapan Allah yang tidak bisa aku intervensi harus terjadi sekarang. Aku tidak bisa merubahnya tapi aku bisa memilih bersikap untuk meyakini bahwa takdir-Nya adalah terbaik. 

Juga memahami bahwa kemuliaan seorang perempuan (istri) tidak serta merta tergantung dari apakah dia punya anak atau tidak. Saat ini aku belum punya anak tapi ada pilihan lain yang bisa aku lakukan seperti menjadi istri yang baik untuk suami, menjalankan peran saat ini dengan sebaik - baiknya, berbuat baik kepada sesama atau hal baik lainnya.

Oiya saat aku down ternyata kemalasanku juga memperparah kondisi. Aku nggak mau masak, cucian numpuk (padahal tinggal dibawa ke laundry tetangga doang), lantai kotor dibiarin dan kemalasan lainnya bikin aku jadi makin merasa semakin tidak berguna.

Ibarat kata "Nit apa gunanya kamu jadi istri. Belum punya anak, makan nge-gofood terus, males bersih - bersih, baju di-laundy. Terus peranmu apa jadi istri?".

Padahal aku paham betul kalau Mas Ares memang nggak keberatan untuk membantu pekerjaan rumah dan menjadi lebih "boros" dengan beli makan diluar dan baju di-laundry. Pekerjaan rumah memang bukan jadi tolak ukur kesuksesan seorang istri tapi ternyata melakukannya dengan tulus juga baik. 

Aku mulai rajin beres - beres dan mau masak lagi saat kondisiku berangsur membaik. Rumah bersih itu membuat lebih nyaman dan melihat suami senang makan masakanku itu rasanya bahagia. Perasaan - perasaan menyenangkan seperti ini perlahan membantu menepis rasa tidak bergunaku.



Bertemu dan ngobrol dengan teman

Kadang bertemu dan ngobrol dengan teman itu bisa menjadi obat kekacauan hati kita. Saling menguatkan serta menyadarkan bahwa ternyata kita tidak sendiri. Semua orang memiliki masalahnya masing - masing. 

Kita sama - sama sedang berjuang dengan tantangan dan kondisinya masing - masing. Secara tidak langsung kita terkuatkan dan mengembalikan energi untuk semangat lagi. Ibarat baterai yang sudah low bat lalu terisi lagi perlahan sampai full lagi.

Ngobrol dengan teman juga memberikan perspektif baru tentang masalah yang sedang dihadapi. Membantu untuk berfikir lebih luas, tidak sesempit saat semuanya disimpan sendiri. Menjadi terinspirasi dengan apa yang orang lain lakukan dan menemukan ide baru untuk menghadapi kondisi diri sendiri.


Senantiasa berdoa

Satu hal yang aku sadari saat kondisi hatiku kacau adalah ibadahku juga jadi kacau. Ibadah seperti hanya penggugur kewajiban saja. Setelah membaik biasanya koneksi dengan Sang Pencipta juga turut membaik. Karenanya jangan lupa untuk selalu berdoa mohon ketenangan hati dan berterimakasih karena Allah tidak pernah meninggalkan. Nikmat-Nya tidak pernah putus bahkan disaat kita lalai sekalipun. 

Nanti saat kondisinya sudah perlahan membaik kita akan mensyukuri bahwa kita telah berhasil melewati masa - masa sulit & belajar banyak darinya. 

Aku rasa setiap orang akan memiliki caranya masing - masing. Semoga ceritaku ini bisa diambil baiknya ya. Terimakasih yang sudah mau membaca. Semoga kita senantiasa sehat (fisik dan mentalnya).


Love, 

Nieta Firda.

Comments