read more story

Menerima, memaafkan dan melupakan (?)


Suatu ketika aku pernah berjanji tidak akan pernah lewat gang itu lagi. Pokoknya aku benci!

Sampai suatu hari tidak sengaja kulewati gang itu lagi.

Spontan akupun teringat kejadian sangat buruk saat masih kuliah dulu. 

Tapi aku heran kenapa rasanya jadi biasa saja ya?

Dadaku tidak sesak lagi meskipun aku masih jelas mengingat peristiwanya. Benciku juga hilang begitu aja.

Apa mungkin karena aku sudah bisa menerima dan memaafkan ya (?).

x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x x


Teman - teman pernah tidak punya "gang keramat" yang anti sekali untuk didatangi?

Bukan karena jalanannya yang kotor apalagi horor tapi karena ada kenangan buruk yang tertinggal disana. Sesuatu yang kalo bisa tidak perlu diingat - ingat lagi. Rasanya seperti ingin menggunakan alat ajaib untuk menghapus memori yang satu itu saja dari ingatan kita.

Tapi mengapa ya semakin mencoba melupakan justru semakin teringat?

Rupanya peristiwa dan emosi itu punya ikatan yang erat. Sesuatu bisa kita ingat bukan hanya karena ia ada di memori otak saja tapi juga karena ada muatan emosinya.

Semakin kuat muatan emosi dari sebuah persitiwa maka semakin melekat di ingatan kita. Itulah mengapa kita cenderung sulit melupakan sesuatu yang membuat teramat senang ataupun teramat sedih. 


Sebuah peristiwa itu sifatnya netral. Ia menjadi terasa menyenangkan atau menyakitkan karena muatan emosi yang ditimbulkan.


Sekarang kita sama - sama tahu apa yang menjadi sebab seseorang sering gagal saat berusaha melupakan. Ia hanya mencoba menghapusnya dari ingatan saja tanpa berupaya untuk menentralkan emosi yang melekat di peristiwanya terlebih dahulu.

Lupa dan me-lupa-kan juga dua aktifitas yang sangat berbeda. Lupa bersifat alamiah sedangkan me-lupa-kan memuat unsur paksaan. 

Saat mencoba melupakan sebenarnya kita sedang memaksa otak untuk lupa akan suatu kejadian. Padahal apa - apa yang sifatnya dipaksa bisa jadi hasilnya justru berkebalikan.


Lalu apa yang harus dilakukan?

Jawabannya adalah menerima dan memaafkan (terasa klise ya). 

Keduanya memang tidak akan membuat peristiwanya hilang begitu saja tetapi membuat perasaan dan respon yang muncul saat teringat kembali peristiwa itu menjadi berbeda.

Saat sudah bisa menerima dan memaafkan, muatan emosi (entah itu sedih, marah, kecewa, sakit hati, benci dan lainnya) perlahan akan menjadi netral dan biasa saja. Saat itulah (secara alamiah) perlahan kita akan lupa dengan sendirinya.

Perkara menerima & memaafkan memang bukan perkara mudah tapi semoga hati kita dilembutkan untuk memaafkan siapa saja yang pernah menggoreskan luka di hati kita. 

Serta meyakini bahwa segala peristiwa entah itu baik atau buruk yang ditakdirkan-Nya mampir di hidup kita bukanlah kebetulan belaka. Barangkali disanalah letak pelajaran berharga.


Love,

Nieta Firda.

Comments