read more story

Hidup Sederhana (Tanpa Hutang) Itu Ternyata Tidaklah Sederhana


 

Assalamu'alaikum teman-teman. .

Kali ini saya akan bercerita tentang sebuah prinsip hidup yang (mudah-mudahan) kami istiqomah menjalaninya yaitu hidup sederhana tanpa hutang. Tulisan ini hanyalah sharing pengalaman pribadi saja yaa dan tidak bermaksud untuk menentang orang yang memiliki hutang karena saya yakin setiap orang memiliki alasan sendiri dalam mengambil keputusan.

Oiya supaya tidak salah paham, kami juga bukan manusia penganut anti kekayaan yaa 😆. Sebagai manusia normal siapa sih yang tidak ingin hidupnya berkecukupan di dunia? Inginlah pasti tapi kami memiliki cara sendiri untuk menjalani hidup.

Menjalani prinsip ini selama enam tahun terakhir ini membuatku menyadari sesuatu bahwa untuk hidup sederhana dan bertekad tidak memiliki hutang itu tidaklah sederhana. Dimana letak ketidaksederhanaannya? Ada dalam diri sendiri karena untuk memegang sebuah komitmen perlu tekad, kesabaran dan mental yang matang supaya tidak mudah goyah dizaman yang serba materi ini. 


Hidup sederhana (tanpa hutang) juga bukan berarti tanpa konsekuensi, jadi sebenarnya hidup sederhana itu adalah tentang mengelola ego dan hawa nafsu terhadap materi dan duniawi. 

 

Seperti apa kehidupan yang kami jalani?

Sederhana. Sederhana dalam versiku adalah menjalani hidup dengan layak, memenuhi kebutuhan sesuai kemampuan dengan tidak memaksakan diri tapi juga tidak dzalim dengan diri sendiri

Kami menjalani hidup yang bisa dibilang biasa saja. Kami tinggal dirumah yang layak meski tidak mewah, belum memiliki mobil, belum pernah berlibur keluar negeri seperti kebanyakan orang dan kami membeli barang-barang berdasarkan fungsi bukan brand. Beberapa barang seperti sepeda misalnya, kami beli secara preloved. 


Dua sepeda kesayangan yang dibeli secara preloved

Oiya kami juga memutuskan untuk tidak mengambil cicilan, tidak memakai kartu kredit, dan tidak menggunakan fasilitas pinjaman seperti paylater. Untuk membeli sesuatu biasanya kami akan menabung dan menunggu sampai uangnya cukup. 


Apa tantangannya?

Dari sekian banyak tantangan yang paling sulit tentu saja menghadapi diri sendiri. Terkadang ada saja keinginan yang tidak ada habisnya (dasar manusia) dan kami harus menghadapi konsekuensi dari prinsip hidup sederhana yaitu sabar untuk memiliki sesuatu. Kami tidak naif, tentu pernah terpikir untuk ambil jalan ninja supaya cepat punya, apalagi jaman sekarang ada banyak tawaran kemudahan pinjaman. 

Tantangan dari luar juga ada misalnya yang paling terasa adalah menghadapi persepsi orang-orang karena kami hidup dengan "melawan arus" dan berbeda dari kebanyakan orang. Ada saja yang tidak sepemikiran dan ada juga yang menjadi "gemash" dengan kehidupan kami karena terkesan lambat dan tidak ada kemajuan. 

Sebagian orang beranggapan bahwa kami bisa menjalaninya karena belum punya anak. Secara nominal bisa jadi benar kalau kebutuhan kami belum sebesar keluarga yang sudah memiliki anak tapi sebetulnya hidup tanpa hutang itu adalah pilihan. Hutang tidak memandang status apapun, tidak melulu identik oleh orang yang kekurangan atau yang punya banyak kebutuhan. 

Untuk tantangan eksternal ini tidak bisa kami atur yaa jadi ya tidak ada jalan lain selain dibiarkan dan rasanya kami juga tidak perlu konfirmasi apalagi hanya untuk sekedar membela diri. Kadang baper tapi kembali lagi ke prinsip yaitu tidak meletakkan kebahagiaan diatas penilaian orang lain

Bersyukur juga karena saya ditakdirkan menikah dengan seseorang yang memiliki prinsip yang sama meskipun latar belakangnya berbeda. Kami meyakini bahwa setiap rumah tangga memiliki rezekinya masing-masing. Standart kesuksesan sebuah rumah tangga tidak harus dinilai dengan materi karena sekali lagi semua yang dinikmati di dunia adalah titipan.  Bentuk rezeki dari Allah juga bermacam-macam selain materi ada rezeki kesehatan, keluarga yang hangat, teman yang baik, silaturahmi dan lain sebagainya.

Dalam hidup sosial dan komunitas kami juga harus pandai memilah dan memilih mana saja yang bisa kami lakukan supaya tidak mudah terbawa arus trend. Ini agak tricky tapi sejauh ini masih bisa dilakukan.


Bagaimana cara kami memenuhi kebutuhan?

Peraturan pertama yang kami jalani adalah menentukan angka cukup. Angka cukup ini menjadi dasar untuk menentukan seberapa besar pengeluaran kami setiap bulan. Dengan begitu besar kecilnya penghasilan bukanlah patokan untuk menentukan gaya hidup. Mau penghasilannya sedang banyak atau sedang sedikit ya sama saja. Cara ini sangat membantu lho supaya tidak mudah tergiur foya-foya saat penghasilan kami sedang dilapangkan. 

Peraturan selanjutnya adalah memisahkan sumber pemasukan dan pos pengeluaran. Misalnya pemasukan dari usaha kami berdua dikhususkan untuk kebutuhan rumah tangga saja. Masing-masing dari kami memiliki penghasilan tambahan diluar usaha (kami menyebutnya dana pribadi) yang dikelola sendiri untuk kebutuhan pribadi supaya tidak menganggu pos rumah tangga. Dana pribadi ini dipakai untuk kebutuhan tersier dan sekunder seperti pergi berlibur misalnya.

 

Apa yang paling disyukuri saat menjalani hidup sederhana?

Ketenangan, terlebih soal umur dan ajal yang tidak pernah tau kapan datangnya. Keputusan ini adalah salah satu ikhtiar supaya saat ajal menjemput, kami bisa tenang tanpa membebani ahli waris dengan menanggung hutang di dunia. Mudah-mudahan Allah wafatkan kami dalam keadaan yang sebaik-baiknya.. Aamiin.. 

Sebagian orang ada yang bisa memanfaatkan hutang sebagai penyemangat untuk bekerja keras tapi tidak berlaku bagi kami. Adanya hutang justru membuat hidup dan ketenangan kami jadi terusik. Sebaliknya, justru karena ingin hidup layak tanpa hutang maka kami harus bekerja keras. 

Semua karena Allah yang Memudahkan

Allah itu sesuai dengan prasangka hamba-Nya maka Allah jugalah yang memudahkan semua prosesnya. Sama seperti lainnya kami juga pernah berada dibawah, pernah kesulitan dan dihadapkan pada kebutuhan tidak terduga. Sejauh ini Allah cukupkan semuanya, sesulit apapun kondisi kami alhamdulillah ada saja rezekinya dan cukup tanpa harus mengambil pinjaman. 

Orang-orang yang mengenal kami barangkali bisa saja menyangkal karena suatu hal tapi bagiku ini adalah bentuk pertolongan Allah. Allah sudah menjamin rezeki setiap makhluk. Ada banyak kejadian yang membuat kami takjub bahwa rezeki itu datang dengan tepat sempurna waktu dan jumlahnya


Btw terimakasih yaa sudah membaca. Buat teman-teman yang mau sharing juga, boleh lho menuliskan di kolom komentar.. 😊


Love,


Nieta Firda

Comments

  1. Keren mba, inspiratif banget. Pastinya butuh komitmen yang kuat. Klo saya tantangan paling besar adalah melepas kartu kredit. Cmn sayangnya bbrp urusan harus menggunakan kartu kredit, seperti klo mau pesan kamar/apartemen jika ada perjalanan ke LN.

    Btw, nice post. Salam kenal

    ReplyDelete
    Replies
    1. Terima kasih atas apresiasinya Bang Day. Btw udah cobain kartu Jenius dari BTPN belum? Kartu debit tapi bisa untuk transaksi layaknya CC Card. Saya pernah beberapa kali membayar AirBnB via kartu ini & berhasil. Pernah juga saya pakai untuk transaksi paypall.

      Delete
Post a Comment