read more story

Writing for Healing


Assalamu'alaikum teman - teman. . Apa kabarnya nih? 

Sepekan yang lalu aku ikutan kelas Writing for Healing dari @blajar.id yang dibawakan oleh Teh Novie Ocktaviane Mufti, founder @healyourfelf.id

Wah ternyata menulis bisa jadi media menjaga kesehatan mental kita, lho! WFH bukan sembarangan menulis karena ada tekniknya. Nah seperti apa tekniknya akan dijelaskan lebih lanjut. So jangan lupa dibaca sampai akhir, ya! 😊

Kenapa perlu healing?

Seperti yang sudah kita tahu, hidup memang penuh dinamika. Ada banyak hal yang tidak bisa diatur sesuai keinginan ataupun hal - hal yang terjadi diluar ekspektasi. Kadang berhasil & kadang gagal. Kadang suka & kadang sedih. Kadang bahagia & kadang luka.

Hubungan kita dengan diri sendiri maupun oranglain pun berpotensi diiringi konflik yang bisa membuat hati terluka. Luka - luka inilah yang perlu mendapat perhatian khusus.

Seperti halnya saat kaki tersandung yang membuat lutut kita terluka & berdarah, jika dibiarkan bisa saja lukanya membusuk, infeksi dan berakibat lebih buruk. Membuat tidak bisa berjalan dan berpengaruh ke aktifitas kita.

Maka luka - luka di hati juga demikian. Perlu diobati supaya tidak menjadi lebih dalam dan berpengaruh lebih buruk untuk kehidupan kita.



Apakah writing for healing selalu bisa menyelesaikan masalah?

Nah teman - teman, menulis adalah salah satu dari banyak teknik healing. Setiap orang berbeda maka teknik ini bisa jadi efektif untuk seseorang dan tidak efektif untuk seseorang yang lain. Untuk tahu efektif atau tidak tentu perlu trial and error dulu.


Writing for healing bertujuan untuk meredakan emosi, mengurai pikiran dan menenangkan diri dari masalah - masalah yang telah atau sedang dihadapi.

- @novieocktavia -  


Ibarat obat writing for healing adalah P3K-nya, maka keberhasilannya tergantung dari seberapa berat masalah & tekanan yang sedang dihadapi. Jika cara ini dirasa tidak banyak membantu maka teman - teman perlu meminta bantuan profesional seperti psikolog atau psikiater supaya tidak berlarut menjadi lebih buruk.

Pun ketika WFH terasa efektif, bisa melegakan dan menyembuhkan, maka sejatinya ini semua karena kasih sayang Allah. Karenanya apapun bentuk ikhtiar kita untuk menyembuhkan luka, selalu libatkan Allah karena Dia-lah yang mampu membolak - balikan hati hamba-Nya.


Persiapan untuk Writing for Healing

Oiya sebelum melakukan WFH ada beberapa hal yang perlu disiapkan yaitu:

  1. Kesiapan dan kesediaan diri. WFH bisa jadi terasa tidak nyaman karena kita dipaksa untuk mengingat kembali kejadian tidak menyenangkan yang sedang atau telah dihadapi.
  2. Alat tulis berupa kertas dan pensil/bolpoin. Meskipun jaman sudah serba digital tetapi WFH lebih baik dilakukan secara manual.
  3. Waktu khusus yang tidak banyak gangguan.
  4. Tempat yang nyaman. 
  5. Hal lainnya sesuai kenyamanan masing - masing.

Sebelum dan sesudahnya jangan lupa berdoa. Sediakan juga kertas yang banyak karena bisa jadi butuh berlembar - lembar untuk menulis. Untuk waktunya tidak ada acuan khusus karena kebutuhan setiap orang berbeda - beda. Kegiatan menulis ini bisa dihentikan jika mengalami pusing yang berlebihan. 


5 teknik writing for healing

1. Journaling atau menulis diary

Barangkali teman - teman tidak asing lagi dengan teknik ini karena sudah biasa melakukan saat bangku sekolah dulu. Bahkan dulu aku sampai punya buku diary khusus yang ada gemboknya lho. Ada yang samaan? 😁

Journaling atau menulis diary ini bisa berupa gratitude jar, menuliskan 3 hal yang disyukuri hari ini ataupun menulis diary sehari - hari. Sekarang juga sudah banyak platform digital yang menyediakan fasilitas untuk journaling sehari - hari.

2. Expressive Writing

Expressive writing adalah mengekspresikan apapun yang sedang kita rasakan saat ini dengan tulisan. Caranya:
  1. Pikirkan masalah hal apa yang sedang mengganggu. 
  2. Tuliskan apa saja pikiran dan perasaan yang dirasakan. 
  3. Saat menulis tidak perlu berhenti untuk mengedit, membaca ulang atau menahan apapun yang ingin dituliskan.
Namanya juga menulis ekspresi maka kita pun bebas menuliskan apa saja bahkan menuliskan kata - kata yang rasanya tidak mungkin diucapkan langsung saat bermasalah dengan orang lain.

3. Fast Writing (menulis cepat)

Teknik ini sama seperti expressive writing hanya saja ditulis dengan sangat cepat. Nggak usah mikir tulisan jadi jelek seperti tulisan ceker ayam yang bikin pusing ya toh tulisan ini bukan untuk dibaca lagi apalagi dibaca orang lain.

4. Inner child writting

Inner child writting adalah teknik yang unik yang Teh Novie adopsi dari Kang Asep Haerul Ghani. Setiap orang memiliki kejadian masa kecil yang tidak menyenangkan dan teknik ini dikhususkan untuk hal tersebut.

Caranya yaitu:
  1. Pikirkan masa - masa traumatik yang paling tidak menyenangkan.
  2. Siapkan 2 alat tulis yang satu dipegang di tangan kiri dan satunya di tangan kanan.
  3. Ibaratkan tangan kanan adalah diri kita di hari ini dan tangan kiri adalah diri kita di masa lalu.
  4. Buat QnA dengan cara tangan kanan menulis pertanyaannya dan tangan kiri menuliskan jawabannya.
Contohnya tangan kanan menuliskan "Apa perasaanmu saat kejadian itu?" lalu tangan kiri menuliskan jawabannya misalnya "Aku sedih banget dst". Lakukan lagi untuk pertanyaan lainnya.

Bagi yang tidak terbiasa menulis dengan tangan kiri tentu akan kesulitan tapi teruskan saja.

5. Surat yang tidak pernah sampai

Ada kalanya kita tidak bisa mengutarakan perasaan langsung kepada seseorang maka menulis surat yang tidak pernah sampai bisa jadi solusinya. Sama halnya seperti menulis surat biasa hanya saja tidak ada batasan apa saja yang akan ditulis dan tidak akan diberikan kepada yang bersangkutan. 

Caranya:
  1. Ingat - ingat kejadian yang tidak menyenangkan dengan seseorang
  2. Awali dengan menyapa yang bersangkutan misalnya "Hallo Nita. ." dan lanjutkan dengan menuliskan detail kejadian saat itu.
  3. Tuliskan pikiran dan perasaan saat peristiwa itu terjadi.
  4. Tuliskan apa yang sebenarnya kita harapkan dari yang bersangkutan saat peristiwa itu terjadi.
  5. Tuliskan deklarasi kemerdekaan diri bahwa kita sudah memaafkan dan mengikhlaskan peristiwa tersebut juga berdamai karena peristiwa itu adalah bagian dari takdir Allah.

Nah teman - teman, itu dia teknik WFH  yang aku dapatkan dari kelas Writing for Healing dari @blajar.id. Rasanya tulisan ini sudah panjang tapi mohon maaf jika masih kurang mendeskripsikan. 

Pada dasarnya Writing for Healing adalah sesuatu untuk diri sendiri. Jika berpikiran untuk menyampaikan hal - hal yang kita tulis, memberikan surat yang tidak pernah sampai kepada orang lain maka perlu difilter terlebih dahulu. Apakah ini akan aman atau justru memperburuk keadaan.

Kalau aku sih memilih untuk dibuang atau dibakar saja tulisannya. Toh tujuan utamanya adalah untuk meredakan emosi, menenangkan diri sendiri dan mengurai pikiran - pikiran yang mengganggu bukan untuk diberikan kepada orang lain.

Oiya setelah mencoba teknik WFH diatas, cara yang paling melegakan buatku adalah menulis surat yang tidak pernah sampai. Yaa meskipun orang yang dimaksud tidak akan membaca tapi cukup melegakan karena mampu mengurai ganjalan - ganjalan di hati. Pikiran lebih ringan dan hati menjadi lebih plong.


Kalau kamu sudah mencoba teknik writing for healing yang mana?


Love, 

Nieta Firda.

Comments

  1. Tulisanmu enak dibaca mba 😊. Kalau saya biasanya pake expressive healing. Saat saya lagi stres atau dalam keadaan yg dirasa butuh berdiam diri sejenak yg sering saya lakukan mempertanyakan diri saya melalui tulisan, bagaimana kabar saya saat itu dan apa aja emosi yg saya rasakan. Intinya saya tulis dan keluarin semua yg dirasa perlu di keluarkan. Hasilnya? Cukup membantu, saat saya membaca ulang bisa jadi bahan koreksi diri :)

    Tulisan bagus mba! Senang ya mendapatkan ilmu baru setelah mengikuti kelas yg menarik. Salam kenal ya mba ~

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Mbak Reka, waah terimakasih buat apresiasinya 😊. Terimakasih juga buat sharingnya. Setuju banget Mbak! Emosi memang perlu dikelola supaya nggak bikin berat di hati dan pikiran. Soalnya kalo sampai "meledak" bahaya juga ya, orang2 sekitar kita bisa ikutan kena getahnya 🤭.

      Delete
  2. Terima kasih sudah sharing tentang topik yang menarik ini <3

    Aku belajar banyak dari menulis terutama Journaling- karena aku sering banget over-thinking yang kadang membuat aku jadi moody.. tapi setelah aku mulai banyak menulis, secara tidak langsung aku juga belajar bagaimana menangani pikiran-pikiran negatif yang muncul di kehidupan sehari-hari.

    Jadi bener banget mbak tentang writing for healing ini- kadang banyak orang menganggap enteng untuk menulis uneg-ungeg yang mengganggu, padahal manfaatnya sangat terasa, terutama di kehidupan sekarang yang sifatnya individual ini, jadi sharing dengan orang lain pun terkadang susah.

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo Mbak Aqmarina, terimakasih juga sudah berkunjung.

      Iya Mbak setuju banget. Karena emosi, perasaan dan sikap kita adalah tanggung jawab kita sendiri. Menulis memang bisa jadi "pengganti" karena kadang sulit menemukan orang untuk mau mendengarkan keluh kesah kita tanpa penghakimat apapun. Biarpun menulis dikertas nggak seperti bercerita langsung dengan orang lain tapi yang penting bisa membantu meredakan emosi kita.

      Dan ternyata menulis juga bisa membuat seseorang bertumbuh yaa seperti yang Mbak Aqmarina rasakan. Selamat, Mbak! 🥳

      Delete
  3. Halo Mbak, sepertinya writing for healing yang sering kulakukan itu menulis surat yang tak pernah sampai. Tapi selama ini aku nggak tau bahwa hal yang kulakukan termasuk ke dalam writing for healing ini. Kuakui memang menulis itu akan cukup melegakan dibandingkan harus memendam perasaan sendiri secara terus menerus.

    Terimakasih ya Mbak sudah menulis ini, aku jadi tau ternyata ada macam-macam cara menulis untuk healing :)

    ReplyDelete
    Replies
    1. Halo juga Mbak Alfiya, salam kenal! Terimakasih juga sudah berkunjung.

      Iya Mbak, kadang - kadang menulis seperti reaksi ilmiah tubuh kita juga sih Mbak yang nggak kita sadari. Kaya pas kecil dulu jaman belum paham apa - apa soal WFH, suka corat - coret kalo sebel sama temen sekelas 😅.

      Dan ternyata masing - masing orang punya cara yang unik buat mengelola emosi dan perasaannya seperti yang Mbak Alfiya lakukan. Semoga selalu sehat dan bahagia ya Mbak 😊.

      Delete
Post a Comment