Kita pasti menginginkan hidup yang ideal, apa - apanya berjalan sesuai rencana & keinginan.
Aku juga, pengennya setelah menikah ya secepatnya punya anak - anak yang lucu tanpa ada rencana menunda sedikit pun.
Tapi nyatanya hidup kadang tidak sesuai seperti harapan kita, banyak hal terjadi diluar kuasa kita. Bohong kalo aku bilang aku nggak sedih, bohong kalo aku bilang aku nggak tertekan.
Alhamdulilah.. Untunglah Allah amat baik, disaat kami diberi kesulitan saat itu juga kami diberi kekuatan.
Setelah menjalani program hamil selama ini. Berjuang berdua sekuat tenaga. Berkorban waktu & materi. Berkali - kali ke dokter sampai dokternya saja bosan & heran, bolak - balik laboratorium, cek darah & analisis ini itu, minum vitamin setiap hari sampai eneg. Mencoba banyak hal yang disarankan orang - orang yang katanya bisa bikin berhasil. Setelah semua proses itu dijalani & belum berhasil. Tapi Allah masih beri kami kekuatan hati untuk menerima.
Kebayang nggak gimana nasib pernikahan kami andai soal "anak yang tertunda" ini justru menjadi sumber konflik?
Ada banyak hal yang nggak bisa aku ceritakan. Tapi semua itu tidaklah mudah. Apalagi disaat kami berdua harus saling menguatkan, orang - orang diluar justru menjadikan status kami ini jadi bahan bercandaan.
Kalau aku berpikir dari kacamata manusia, pastilah kehidupan pernikahanku ini jauh dari ideal. Tapi sekali lagi, ranahnya manusia hanya sebatas ikhtiar. Soal hasil itu ranahnya Allah.
Jadi pertanyaannya, sebenarnya hidup ideal yang kita inginkan itu idealnya menurut siapa? Menurut diri sendiri, menurut oranglain atau menurut siapa?
Jika ideal menurut penilaian manusia, tepatkah? Sedangkan kita saja tidak pernah benar-benar tau apa yang terbaik untuk diri kita sendiri.
Kalau semua yang Allah atur untukku itu sudah sebaik - baiknya & sempurna sesuai porsinya, lalu kurang ideal bagaimana lagi hidupku? (semoga Allah lapangkan hati ini untuk menerima apapun ketetapan-Nya)
Andai tujuan pernikahan kami hanya sebatas punya anak dan bisa menjawab pertanyaan orang - orang, pastilah kami akan menyerah bahkan diawal tahun pernikahan.
Tapi justru menikah adalah keputusan mulia, maka sayang sekali jika tujuannya hanya dibesarkan untuk masalah duniawi semata.
Comments
Post a Comment