read more story

Tentang Berdamai dengan Diri Sendiri

"Mungkin orang lain melihat saya kasihan. Sebaliknya, justru saya sangat bersyukur karena dispesialkan oleh Tuhan. Kelak hari pertemuanku dengan anak-anakku pasti akan menjadi cerita paling romantis. Karena kita sama - sama menunggu untuk saling bertemu." - Nieta Firda -

Aku sering baper ketika ada teman menikah langsung hamil, posting testpack garis dua, posting moment melahirkan dan pertumbuhan anaknya. Baper tingkat dewa membuat aku mudah tersinggung saat ditanya sudah hamil atau belum.

Kondisi terparah, mendadak menjadi anti sosial. Malas bertemu orang lain, malas datang ke acara pernikahan, dan menjelang hari raya selalu uring - uringan. Padahal biasanya acara itu aku tunggu soalnya jadi ajang reuni sama keluarga atau teman sekolah dulu.

Pernah aku menyalahkan kenapa mereka pamer (?). Lalu aku sadar ada yang tidak beres dengan diri (hati) ini. Semua adalah kehendak Allah. Apa salah kalau mereka hamil, melahirkan dan punya anak yang menggemaskan? 

Jika dibiarkan bisa menjadi penyakit hati nih, iri. Tidak senang melihat orang lain senang. Serem kan? Hikmahnya, aku jadi belajar agar kelak tidak posting berlebihan soal kehamilan dan anak. Tidak salah tapi lebih bijak bersosial media. 

Alhamdulillah sekarang aku udah damai dengan kondisi belum hamil. Gimana caranya? Baca terus sampai akhir yaaa. .

Berdamai dengan diri sendiri? Tidak mudah memang tapi bisa diusahakan

Percayalah tidak ada hati yang lebih merdeka selain berdamai dengan diri sendiri. Sangat terasa perbedaannya, tidak ada lagi baper saat ditanya sudah hamil apa belum. Ringan di hati dan mulut. Bahkan bisa santai tersenyum menjawab pertanyaan "maut".

Ketika kesal dengan suami, mungkin kita bisa lebih mudah memaafkan dibandingkan kesal dengan diri sendiri. Tidak mudah memang, tapi bisa dilakukan dengan mengakui perasaan kesal, iri, dan sedih. Selanjutnya menerima dan melepaskan segala emosi yang dirasakan. Lepaskan supaya perasaan yang tidak nyaman itu tidak lagi menjadi beban di hati.


Seperti tangan yang menggenggam erat, tidak mungkin dapat menerima apalagi memberi. Jangan sampai masalah yang dihadapi justru menghalangi kita untuk menerima anugrah-Nya yang lebih besar.

Ikhlas menerima segala kondisi

Ikhlas menerima kondisi yang menurut kita "tidak sesuai harapan". Kita tidak pernah tahu hikmah apa yang akan kita dapatkan nanti dan Allah tidak pernah memberikan sesuatu yang buruk. Sering aku berpikir, sespesial apasih anak - anakku kelas mau ketemu aja kok lama.

Lagi pula, belum punya anak itu bukan aib loh. Apa pantas kita malu? Padahal segala yang terjadi atas izin-Nya pasti yang terbaik. Banyak - banyak bersyukur, saya yakin dibalik satu doa yang belum dikabulkan banyak keinginan lain yang sudah kita genggam. Masa iya gara - gara satu doa belum di kabulkan kita menjadi kufur nikmat?

Aku sering "disentil" pas lagi sedih eh kedatangan teman perempuan yang usianya hampir 40 tahun dan belum menikah. Jadi malu sendiri dan nggak sedih lagi. Dilain waktu ketemu sama saudara difabel (cantik dan sering disukai laki - laki tapi belum diijinkan menikah oleh ibunya) yang aku tau mungkin kehidupanku adalah impian buat dia. Kurang apa coba hidupku ini?

Jangan syaratkan bahagiamu

Buat aku, tujuan utama dari pernikahan bukanlah memiliki anak semata. Kalau sekedar ingin punya anak, tanpa ikatan pernikahanpun bisa. Sayangnya, di Indonesia, tingkat kesuksesan pernikahan dinilai dari punya banyak anak. Bahkan saat bertemu dengan orang asing yang ditanya demikian. Pernikahan sukses versi saya itu mampu menjaga kualitas rumah tangga seberat apapun ujian yang dihadapi. Jadi ya santai saja sih, pernikahan kita tidak gagal meskipun belum punya anak.

Berhenti mensyaratkan bahagia kalau sudah punya anak. Berhenti berhitung berapa tahun menikah tapi belum punya anak. Berhenti membandingkan hidup dengan orang lain. Berhenti bersedih dan mengasihani diri sendiri.

Aku bahagia dan nggak pengen menukar hidupku dengan siapapun yang sudah punya anak. Berdua dengan suami saja bahagia, pas ada anak nanti pasti lebih bahagia. 

Tidak usah pedulikan omongan orang lain

Kadang kita santai, tapi keluarga atau orang sekitar kita yang nggak santai. Kadang malah mereka itu yang memperkeruh keadaan. Niatnya baik memang tapi kalau pertanyaan disampaikan dengan bahasa yang kurang baik jadi bikin emosi.

Tak usah dipedulikan. Dianggap terlalu sibuk cari uang, terlalu banyak kegiatan, tidak memikirkan punya anak, ya biarkan saja. Namanya anggapan ya bebas, yang penting aslinya tidak seperti itu. 


Tak perlu juga menjelaskan kondisi sebenarnya dan usaha apa saja yang sudah kita lakukan. Terlebih kepada orang - orang yang tidak berkontribusi memberi solusi. Biarkan saja. 

Bagi mereka yang tidak paham kondisi kita, wajar rasanya bisa komentar seenaknya. Kita punya anak ya karena memang ditakdirkan jadi orang tua. Jangan sampai kita punya anak karena biar orang - orang nggak menanyakan lagi kapan hamil.


Jangan fokus ke kenapa belum hamil

Semakin fokus kita berpikir kenapa belum hamil, akan semakin sedih dan membuang waktu sia - sia. Kenapa? Jadi murung, nggak mood bahkan sampai berantem sama suami.

Masa penantian adalah masa persiapan. Dari pada sedih, banyak hal yang bisa kita siapkan untuk jadi orang tua terbaik.

Punya anak juga tanggung jawab dunia akhirat, mempersiapkan diri secara fisik, mental dan finansial harus dilakukan. Mulai menabung, belajar parenting, ikut seminar kesehatan ibu dan anak, atau hal lainnya.

Semuanya kembali tentang mind set

Berdamai dengan diri sendiri itu mind set. Saat mampu berdamai dengan kondisi sekarang, aku juga mampu berdamai atas kondisi yang lain. Seperti hukum otomatis berlaku untuk semuanya.

Kata temanku dinikmati saja sebelum repot ada anak. Iya benar juga, bisa puas travelling berdua, mengembangkan diri, mengikuti seminar & pelatihan. Mempersiapkan diri untuk jadi ibu yang baik. Pasti berbeda cerita kalau kita mempersiapkan diri sebelum menjadi Ibu untuk anak - anak kita.

Kalau berdamai dengan diri sendiri versi kamu seperti apa? Share yuk di kolom komentar


Love,

Nieta.

Comments

  1. Iyaa sis.. Jangan sampai pertanyaan dari orang2 itu mengurangi rasa syukur terhadap apa yang udah Tuhan kasih ke kita. Ttep semangat n percaya, tuhan pasti akan mengabulkan doa kita di waktu yang paling tepat menurutnya

    ReplyDelete
    Replies
    1. Siap Sis betul baget. Sayanya dan suami santai tapi kadang orang - orang yang gak santai :D. InsyaAllah kalau udah saatnya pasti dikasih anak, mudah2an dikasih bonus kembar anakku nanti. Hehe. . Aamiin. . Makasih ya sis :)

      Delete
  2. Halo Mbak, SAME HERE! haha.
    Aku pun mengalami plek yang serupa hehe.
    Semangat terus Mbak :)
    Betul pertemuan kita kelak akan menjadi kado special yang sangat indah hehe

    ReplyDelete
    Replies
    1. Hai Mbak Dessy. Iya mbak betul. Terimakasih semangatnya. Ibaratnya pas ketemu pas lagi kangen-kangennya karena nunggunya lama. Kurang spesial apa kita ini ya Mbak? Hihi 😊

      Delete
  3. Sama mbaaa.. aku juga awal-awal baper akut tiap liat orang baru nikah hamil. Sekarang kumatnya kalau pms tok. Hahaha. Alhamdulillah mulai bisa berdamai. Aku selalu yakin sama kekuatan doa, suatu saat di saat yang tepat pasti doa itu terkabul. Allah bakal ngasih di waktu yang tepat menurutnya. Kita orang-orang spesial yang diuji kesabarannya. Hihihihi *habis minum tol*k angin.

    Alhamdulillah juga lingkungan yang sekarang gak casciscus. Justru mereka menyemangati. Mungkin karena beberapa dari mereka juga "telat". Ada yg 8 th (2x keguguran) baru dikasih, ada yg udah berumur (kisaran 35+) anaknya baru umur 2 th, dll.

    Pokoknya kita harus tetap semangat berusaha dan berdoa. Semoga kita disegerakan punya momongan yaa. Aamiin

    ReplyDelete
    Replies
    1. Aamiin Mbak say. Pokoknya calon ibu juga harus bahagia, gak boleh berkecil hati. Semangat yaaaa. Yang penting saling mendoakan dan menguatkan :)

      Delete
  4. Saya juga sama mbak. Umur pernikahan dengan suami memang masih seumur jagung sih. Tp komentar org2 pd nyelekit. Ditambah lg teman2 yg pada pamer tespek positif. Jadilah saya makin antisosial. Masih berusaha iklas dan ikhtiar. Bismillah..

    ReplyDelete
    Replies
    1. Semangat ya Mbak. . Ya namanya orang bisa komentar seenaknya. Mudah - mudahan tiap kali kita dinyinyirin sama orang, bisa jadi jalan supaya doa kita segera dikabulkan. Aamiin. .

      Nanti lama2 bisa kok mbak damai sama keadaan, tiap orang punya cara yg berbeda :)

      Delete
  5. Hello Mba Nita ...
    Kadang ya sebelnya sama orang Endonesa tuh gini, antara nyinyir, kepo dan perhatian beda nya terlalu tipis smpe ga kliatan, hahaha...
    Ku setuju sama mba, Tuhan sudah kasi kita garis seperti ini tentunya itulah yang terbaik untuk saat ini.
    Semangatt mbaa.. salam dari Bali, eh kapan ke Bali ? Ku endorse yah heheheh

    ReplyDelete
    Replies
    1. Ketemu lagi Mbak Tresna :D

      Iya betul mbak apalagi klo dah nikah tanyanya 0ake nyinyir "Gimana sih klo belum hamil2?". Padahal sininya lg berjuang promil sana sini hehe.

      Wah serius nih mbaaa boleh2 saya ada temen juga disana. Mudah2an kalo ada rejeki dan kesempatan bisa silaturhami sama mba tresna :)

      Delete
  6. hai mba nita.. sama-sama asli kebumen nih. saya juga sudah 2 tahun nikah belum hamil, lagi program ke dokter dan lagi direkomen untuk HSG. pas searching2 ketemu blog mba nita. terimakasih semangat nya mba...

    ReplyDelete
Post a Comment