Untuk anak 90-an, pasti sudah familiar dengan pertanyaan klasik “Eh
kapan nikah? yang sering diajukan terutama saat idul fitri. Sebentar lagi ya.
Duh :(.
Tapi pernahkan teman – teman
berfikir sebenarnya kapan waktu yang paling tepat untuk menikah?
Batas minimal umur menikah
Di Indonesia, batas minimal umur
menikah diatur Pasar 7 ayat 1 UU No 1 tahun 1974. Batas minimal umur menikah
adalah 16 tahun untuk perempuan dan 19 tahun untuk laki – laki. Menikah di usia
dini, menurut ahli , dianggap kurang baik karena belum matang secara psikologi
maupun fungsi organ reproduksi. Menikah terlalu dini, katanya rawan perceraian
dan juga rawan keguguran sampai kematian janin dan ibu. Kok serem sih? :(
Umur ideal untuk menikah
Dari beberapa sumber, disebutkan
bahwa umur paling ideal untuk menikah adalah 25 tahun untuk perempuan dan 27
tahun untuk laki – laki. Pada umur tersebut laki – laki dan perempuan sudah
matang secara psikologis dan fungsi organ reproduksi.
Kenapa kita menikah?
Sebelum menikah sebaiknya
bertanya pada diri sendiri. Kenapa menikah? Untuk apa menikah? Hal ini penting
karena akan berpengaruh pada tekad untuk mempertahankan rumah tangga. Semua
tau, menikah itu selain indah juga pasti banyak tantangannya. Kebayang kan
kalau niat menikah sudah salah, lalu mau dibawa kemana nasib rumah tangga? Coba deh yang sedang ngebet nikah bertanya lagi ke diri sendiri.
Kalau kita menikah karena teman
sudah menikah dan ternyata pernikahan kita tidak bahagia terus mau apa?
Kalau kita menikah karena merasa
lelah single dan ternyata menikah membuat hidup tidak lebih baik terus mau apa?
Kalau kita nikah karena tuntutan
orang tua, memang yang menjalani pernikahan siapa? Kita atau orang tua?
Saat - saat ngebet (emosi) pengen nikah
Saya pernah mengalami masa
“galau” dan ngebet (pake banget) menikah, umur 23 – 24 tahun. Saat saya
mengalami “kekosongan diri”. Berada di titik yang rawan karena belum stabil.
Sebentar lagi lulus S1, sesudah lulus harus bersaing di dunia pekerjaan, disisi
lain ingin melanjutkan kuliah, dll. Lalu saya berfikir menikah adalah solusi
dari ketidakstabilan kondisi saya saat itu. Fix, itu sih karena saya emosi
sesaat. Yang ada dibenak saya wah enak ya kalau nikah bla bla bla. . .
Bagi lelaki, menikah adalah keputusan besar dan
cukup “menakutkan” karena dia bertanggung
penuh atas perempuan yang dinikahi. Jadi kalau ada laki – laki bilang mau
menikah tetapi sebenarnya mentalnya belum siap, saya yakin itu sih karena emosi
sesaat. Laki – laki yang baik tentu akan mempersiapkan dirinya sebaik mungkin.
Persiapan mental terutama, kalau materi sih saya yakin bisa dicari.
Saya menikah diumur 26 tahun, saat
saya sudah menemukan konsep menikah yang benar dan meluruskan niat. Persepsi saya tentang menikah beda jauh tidak seperti saat
saya labil. Menikah adalah menyatukan 2
individu, dua keluarga. Indah tetapi tidak mudah untuk mencapai rumah tangga
yang baik. Begitu juga dengan niat yang awalnya menikah enak karena tidak perlu
pusing – pusing hidup ditanggung suami menjadi niat sebagai salah satu bentuk ibadah saya kepada Tuhan. Bahkan
bergandengan tangan, saling bercanda dan tersenyum kepada pasangan (yang sah)
bisa menjadi amal ibadah. Romantis kan?
Menunda menikah terkadang lebih baik
Menurut saya menunda pernikahan
itu bisa lebih baik dari pada menikah dengan orang yang “salah”. Iyasih banyak
kisah bahagia menikah karena dijodohkan dengan orang yang sebelumnya tidak kenal
sama sekali. Tetapi banyak juga yang bercerai karena tidak
satu visi misi atau masalah lainnya, pun menikahnya dengan orang yang sudah
kenal baik. Tidak ada jaminan. Menikah dengan orang yang baru kita kenal bukan
berarti tidak bisa bahagia dan menikah dengan orang yang kenal baik juga tidak menjamin pasti bahagia.
"Mengenal calon pasangan dengan baik mengurangi resiko perceraian. . ."
Saya pernah dapat cerita perceraian yang tragis bahkan konyol sekalipun. Ada yang
bercerai karena KDRT bahkan sampai diancam dibunuh oleh suaminya sendiri, ada
yang bercerai karena belum punya anak padahal mereka berdua
masih saling cinta dan terlihat sangat mesra, bahkan ada yang bercerai
karena suaminya kentut dengan sengaja di depan istri. Yang terakhir konyol sih tapi ini benar - benar terjadi.
Saya tidak ingin menakut – nakuti
tapi pointnya adalah menikah itu keputusan besar, kita tidak bisa gegabah. Setidaknya galilah sedalam – dalamnya karakter
calon pasangan kita.
Saya yakin sih Tuhan itu tidak akan menjodohkan kita
dengan orang yang salah. Pun terjadi sesuatu yang buruk saya rasa pasti ada
yang salah selama proses menuju pernikahan. Misalnya nekad menikah tanpa restu
orang tua, atau sudah diberi sinyal bahwa calon pasangan tidak baik tapi tetap nekad
menikah, dan lain – lain.
Saya percaya Tuhan selalu memberi sinyal pertanda jika sesuatu
itu tidak baik. Kita yang tidak peka bahkan cenderung acuh. Misalnya
pada kasus KDRT, sifat – sifat kecenderungan KDRT pasti bisa dilihat dari sifat kesehariannya. Terkadang seseorang terlalu yakin bahwa sifat kasarnya itu akan hilang
setelah menikah. Alhasil setelah menikah, sifat kasarnya tidak bisa hilang dan dirinya sendiri yang menjadi korban KDRT.
"Saat terbaik untuk menikah adalah saat siap lahir batin."
Tidak ada jaminan semakin cepat
menikah akan semakin baik. Tidak pula menikah diusia ideal akan menjamin hidup
kita akan bahagia. Sebaiknya, menikah karena diri sendiri bukan karena
dikejar umur, dikejar orang tua, apalagi dikejar mantan yang sudah menikah
duluan (wkwk).
Menikah adalah keputusan besar. Semua angka yang ada hanyalah data
statistik saja. Kenyataannya saat terbaik untuk menikah adalah saat kita benar –
benar siap.
Love,
Nita
Comments
Post a Comment