read more story

Bagaimana cara mengatur keuangan usaha?

Assalamu’alaikum. . Wr. Wb. .

Apa kabar hari ini? Semoga sehat selalu ya. . Oya kali ini saya akan membahasa manajemen keuangan usaha.

Yang namanya usaha pasti berproses dari nol. Omset dari puluhan ribu, ratusan ribu lalu makin lama makin gede jadi jutaan, puluhan juta, dan seterusnya. Cuma kalau kita gak pinter kelola pasti omset berapapun yang kita dapat dari usaha cuman lewat aja. Gak kerasa tau – tau habis atau usaha sudah berjalan sekian tahun tapi tidak punya tabungan.

Saya punya tips nih, berdasarkan pengalaman pribadi, apa saja yang perlu dilakukan untuk mengelola uang dari usaha kita.

Pisahkan uang usaha dan uang pribadi

Ini harus dilakukan dari awal kita mulai usaha. Supaya uang tidak tercampur dan kita tidak seenaknya pakai uang usaha. Biasa kan kalo jualan dapet uang lalu merasa punya duit dan pengen belanja ini itu. Kan gak terasa ya? Ah mau jajan ambil Rp 20.000, belum lagi ah pengen beli baju ambil Rp 100.000, udah gitu aja terus. Lalu akhir bulan merasa bersalah dan pusing. Hahaha >.<

Rekap keuangan harian lalu evaluasi setiap akhir bulan

Saya bukan anak akuntansi jadi saya rekap keuangan sederhana saja. Pake microsoft excel pake tabel tanggal, debit, kredit dan saldo akhir. Udah gitu aja. Rekap ini nanti bisa dievaluasi setiap akhir bulan. Ini berguna banget buat melihat perkembangan omset usaha dari bulan ke bulan , tahun ke tahun. Serunya lagi sih nanti kalau usaha kita sudah besar omset ratusan juta bahkan milyaran – aamiin ya Allah – kita bisa pamer tuh omset usaha kita waktu awal buka usaha yang nilainya belum seberapa :D

Bagi keuangan sesuai porsinya

Nah kalau kita sudah punya rekapan keuangan harian kan akhir bulan bisa tau nih omsetnya berapa lalu dikurangi biaya operasional, hasilnya jadi laba bersih. Dari laba bersih ini dibagi lagi nih, kalau saya 60% uang tabungan sisanya 40% uang rumah tangga (makan, sosial, belanja bulanan, dll).

Oya karena saya sudah menikah, saya dan suami punya kesepakatan nih. Jadi kami punya 3 jenis order. Pertama, order reguler yang hasilnya dipakai untuk tabungan dan rumah tangga. Kedua order non reguler –kalau ada proyek ngerjain souvenir atau lainnya– hasilnya murni masuk ATM  saya. Lalu ketiga, order lemburan –kalau ada lemburan order yang minta cepet, orderan dari teman atau proyek pribadi– hasilnya murni masuk ke ATM suami.

Kalau kami punya keinginan pribadi seperti pergi liburan atau beli sesuatu kami ambil dari uang yang saya atau suami punya. Ini berguna banget supaya tidak mengganggu keuangan rumah tangga ataupun tabungan.

Nabung

Awalnya saya nabung harian Rp 30.000 dikumpulkan sebulan lalu masukan buku tabungan. Tapi karena repot, saya ganti sistem nabung menjadi sebulan sekali dengan nominal 40% omset. Oya biasanya kalau ada kenaikan omset kami tabung yang nanti dipakai untuk menambah modal, membeli keperluan operasional misalnya beli komputer baru, renovasi toko dan lain – lain.

Zakat dan sedekah

Dua hal yang paling penting dalam mengelola usaha adalah zakat dan sedekah. Untuk nominal sedekah terserah sesuai kemauan kita (karena yang namanya kemampuan pasti mampu tapi gak semua orang mau sedekah).

Kalau untuk zakat bisa baca ketentuannya disini. Seseorang wajib membayar zakat penghasilan setiap bulan jika penghasilannya telah memenuhi nisab 522kg beras. Untuk zakat mal wajib dikeluarkan jika telah mencapai nisab 85 gram emas (dihitung dalam 1 tahun). Harta zakat mal adalah keseluruhan yg kita miliki baik berupa tabungan, deposito, emas dan harta perniagaan.

Hindari hutang 

Prinsip saya, sebisa mungkin hidup tidak punya hutang. Kenapa? Pertama karena saya dan suami tidak mau mati dalam keadaan berhutang dan kedua kami ingin hidup tenang. Bagi kami hidup sederhana tapi nyaman adalah nilai yg tidak bisa digantikan apapun. Enak kan bebas kemana – mana tidak khawatir bertemu si penagih hutang? Enak kan bisa tidur tenang tanpa memikirkan bayar hutang?

Kadang sih ada teman yang gemes lihat usaha kami yang gitu – gitu aja (dimata mereka) dan menyarankan untuk hutang sebagai modal membesarkan usaha. Duh, saya sih lebih takut tidak bisa melunasi hutang karena umur tidak ada yang tau. Yang penting punya usaha itu berkah, kalau berkah berapapun hasilnya terasa lapang dan cukup. Bagi kami usaha itu tidak melulu soal uang. Mendampingi suami melakukan apa yang menjadi cita – citanya sudah cukup membuat saya bahagia. Dan bagi suami, melihat costumer senang dengan hasil karyanya adalah kebahagiaan yang tidak bisa digantikan dengan uang berapapun nilainya.

Sebenarnya tidak ada aturan baku dalam mengatur keuangan karena setiap orang punya kemampuan dan  kebutuhan yang berbeda – beda. Kalau saya sih mengatur keuangan yang penting jujur dengan suami dan saling terbuka. Dan saya percaya, setiap orang sudah memiliki rejekinya masing – masing. Tapi dengan mengatur keuangan setidaknya kita bertanggung jawab atas rejeki yang diberikan Allah S.W.T. Bukankah setiap rupiah yang kita terima dan kita belanjakan pasti akan dimintai pertanggungjawaban di akhirat kelak?

Semoga bermanfat ^^


Yogyakarta, 19 Oktober 2017. 

Comments