Hari Minggu itu sepertinya
akan sangat sayang jika dihabiskan hanya untuk berdiam diri dirumah saja.
Memang nyaman ya memanfaatkan hari libur untuk memanjakan diri dengan bermalas
– malasan tapi akan lebih baik jika dimanfaatkan untuk berolahraga seperti bersepeda
seperti yang saya lakukan ini misalnya. Ngomong – ngomong sebenarnya intinya
saya mau cerita kalau saya bersepeda keliling desa lho. Haha :D.
Sepanjang jalan banyak
terdapat tobong alias bangunan khusus untuk pembakaran bata dan genteng. Sepeda
masih menjadi kendaraan andalan para warga disini. Setiap pagi para buruh
pabrik bata dan genteng dari desa sebelah berdatangan ke desa kami untuk
berkerja. Tidak ketinggalan juga anak – anak sekolah yang setiap harinya
berangkat sekolah menggunakan sepeda.
Ini yang namanya tobong
Berangkat dari rumah
dalam keadaan gerimis tidak menyurutkan niat kami untuk bersepeda. Modal pinjam sepeda adek dan sebotol air minum serta kamera. Dari rumah kami berjalan ke
selatan karena di selatan terdapat jalan yang cukup bagus dengan pemandangan
sawah dipinggirnya. Ini satu – satunya jalan yang saya tahu soalnya sering saya sering lewat jalan itu untuk mengantar ibu
ke sekolah.
Meskipun cuma jalan kecil tapi pemandangannya cukup bagus
Pas lewat dipinggir sawah sebenarnya ada pelangi tapi sayang karena sudah pudar jadi tidak tertangkap jelas di kamera. Saya suka sekali pelangi dan bisa melihat pelangi itu semacam mendapatkan hadiah kejutan :)
Pelanginya tidak nampak :(
Didekat desa terdapat kali bernama kali Lokulo. Nah, niatnya kami ingin foto2 dipinggir kali tapi ternyata tidak terdapat jalan sampai ke kali atau mungkin ada
tapi kami yang tidak menemukan. Eh kami malah menemukan kebun dengan
rumput yang hijau. Pas sekali untuk berfoto – foto ria.
Suka sekali dengan rumput hijaunya, segerrr
Foto bayangan
Asyiknya disini masih terdapat banyak jalan yang alami dan hijau.
Jalanan seperti ini asik sekali untuk bersepeda
Sawah dipagi hari
Setelah puas berkeliling desa saya berkeliling lagi niatnya mencari
warung untuk sarapan tapi ternyata kami kesulitan menemukan warung makan.
Kemudian kami memutuskan untuk pulang. Nah, pas pulang kami tidak melewati
jalan awal sewaktu berangkat tapi lewat jalan lain yang kami tidak tahu ini
tembusnya kemana, arahnya kemana, pokoknya asal lewat saja (ini ide mas Raja
Blusukan). Sempat bingung soalnya malah nyasar ke kuburan dipinggir sawah dan
selokan. Nah lho! Saya ajak balik tapi mas Raja Blusukan ngajak terus aja
mlipir lewat selokan di pinggir kuburan. Ckckck kok ya saya nurut – nurut aja
yaa -___-
Kesasar bagus. Sebelah kiri kuburan, sebelah kanan selokan dan sawah
Kuburannya tidak saya foto, kata orang jawa ora ilok :D
Ditengah2 suasana nan
bingung seperti ini mas Raja Blusukan sempat berkata seperti ini kepada saya:
“Dek, kalo gag tau jalan itu gampang! Tinggal ikutin aja jalan yang basah. Aku diajarin temenku, nanti pasti nemu jalan pulang.”
Mungkin ini kali ya
jurus andalannya Mas Raja Blusukan untuk menemukan jalan pulang. Saya sih mana peduli jalan itu
basah apa kering tapi modal tanya orang kalau tersesat. Nah lain saya lain mas
Raja Blusukan, pedomannya selama masih bisa menemukan jalan sendiri ya tidak
perlu bertanya. Dan itu tantangan dalam sebuah perjalanan katanya. Puas sekali
kalau bisa menemukan jalan pulang tanpa bertanya. Apapun lah ya, walaupun pola
pikir kami berbeda yang jelas akhirnya kami berhasil menemukan jalan pulang ke
rumah. Tau2 udah nyampe pinggir jalan utama. Yeiiii *jingkrak2*
Ini dia Mas Raja Blusukan, hati2 kalau ketemu dia dijalan :p
Great Sunday, great
ride and great moment. Thanks you Mas Raja Blusukan ^^
Comments
Post a Comment